Subscribe Twitter Facebook

Saturday, February 27, 2010

Mengharapkan dunia dengan amalan akhirat

Mengharapkan dunia dengan amalan akhirat.


Pernah denger perkataan ini : suumuu tasihhu, berpuasalah kalian, maka kalian akan sehat ? *Lantas manusia berbondong-bondongberpuasa agar sehat ? Atau pernah baca testimoni seseorang yang melakukan terapi pengobatan penyakit dengan sholat malam dan berhasil sembuh ? Atau pernah baca tentang rahasia sholat, dan bahwa gerakan sholat sama dengan yoga, yang jika terus dilakukan dengan benar akan membuat badan menjadi sehat ? Terapi air wudlu atau yang lainnya ?



Bagaimanakah amalan yang seperti ini dalam pandangan Tauhid ?

Beramal ibadah karena kepentingan dunia termasuk kesyirikan kepada Allah dan akan menghapuskan pahala satu amalan. Pembahasan ini lebih luas daripada riya’. Karena riya’ merupakan bagian dari motivasi dunia. Oleh karena itu kita mesti waspada dan hati-hati karena bisa jadi ibadah kita ternyata untuk kepantingan dunia, bukan untuk kepentingan akhirat.



Allah Ta’ala berfirman dalam surat Hud ayat 15-16

مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ
أُولٰئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ
((Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.
Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.))

Allah ta’ala juga berfirman dalam surat Al Isra’ ayat 18.

مَّن كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَن نُّرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَّدْحُورًا

((Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.))

Artinya bahwa Allah ta’ala akan memberikan dunia kepada mereka sebata apa yang telah Allah taqdirkan kepada mereka. Akan tetapi di Akhirat amalan-amalan mereka akan terhapus dan tidak akan memberi manfaat sedikitpun bagi mereka. Sebenarnya ayat ini turun berkenaan dengan dengan orang kafir, karena tidak ada yang yang memiliki niat untuk mencari keuntungan dunia saja selain mereka. Akan tetapi ayat ini juga berkaitan dengan orang-orang yang beramal untuk mencari keuntungan dunia semata sebagaimana orang-orang kafir. ( At Tamhid, 409).

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam bukhori dan imam muslim dalam shahih keduanya, dari shahabat Abu Hurairah, semoga Allah meridhainya, Rasulullah bersabda : (( Celakalah hamba dinar, celakalah hambadirham, celakalah hamba khomishoh, celakalah hamba khamilah(khomishoh dan khamilah adalah jenis pakain yang terbuat dari wool), jika diberi dia ridha, jika tidak diberi maka dia murka. Celakalah dia dan tersungkurlah. Apabila terkena duri semoga tidak dapat mencabutnya. Berbahagialah seorang yang memacu kudanya dijalan ( untuk berjihad fi sabilillah), dengan rambut yang kusut dan kedua kakinya berlumur debu. Bila dia berada di pos penjagaan, maka dia tetap ada disana, bila ditugaskan di bagian belakang dia setia digaris belakang, jika dia minta izin (untuk bertemu penguasa) dia tidak dizinkan, dan jika menjadi perantara tidak diterima perantaraannya. ))

Maksud ungkapan Rasulullah dengan sabdanya tersebut adalah untuk menunjukkan orang-orang yang sangat berambisi dan rakus dengan kekayaan duniawi, sehingga menjadi hambanya dunia. Seseorang dikatakan sebagai hamba dinar, atau hamba dirham karena dia melakukan berbagai amalan semata-mata untuk mendapatkan harta tersebut. Kalaulah tidak ada bagian dunia/harta yang bisa dia peroleh, tentulah dia tidak akan beribadah. Motivasi utamanyauntuk beribadah adalah untuk mendapatkan harta. Dalam perkataan Rasulullah “hamba dinar”, menunjukka bahwa hal ini adalah syirik. (Mutiara kitab tauhid, 279)

Syaikh Al Utasimin dalam al Qoulul Mufid ‘ala kitabit tauhid hal 462-463, memberikan beberapa contoh amalan manusia yang ditujukan untuk mendapatkan bagian dunia :

1. Meninginkan harta, seperti seorang yang adzan hanya untuk mendapatkan gaji muadzdzin.
2. Menginginkan martabat, seperti seorang yang kuliah untuk mendapatkan ijazah, sehingga martabatnya bertambah.
3. Ingin menghindari/menolak gangguan, menyembuhkan penyakit, mendapatkan kesehatan bagi dirinya, keluarganya, anaknya atau yang semisal dengan itu. Maka dia menginginkan dengan amalnya itu untuk kebaikan didunia, dan lalai terhadap pahala kebaikan diakhirat.
4. Beribadah kepada Allah, agar manusia berpaling kepadanya dengan kecintaan dan perhatian. Dan masih banyak lagi yang lainnya.

Tanbih.

Jika dikatakan : Apakah termasuk dalam perkara ini, jika seseorang belajar di fakultas, atau yang lainnya, untuk mendapatkan ijazah dan sekolah yang lebih tinggi ?
Jawabnya adalah mereka masuk kedalam perkara diatas, jika mereka tidak menginginkan tujuan syar’i.

Maka kita katakan :

Yang pertama : Janganlah engkau menjadikan martabat dunia sebagai tujuan, akan tetapi jadikanlah ijazah itu sebagai wasilah untuk amalan yang bermanfaat untuk manusia, karena pekerjaan pada saat ini didasarkan kepada ijazah, dan seseorang tidak akan bisa memberikan manfaat kepada manusia kecuali dengan wasilah ijazah ini. Jika demikian maka niatnya akan selamat/baik.

Yang kedua ; Orang yang hanya menginginkan ilmu saja, yang terkadang tidak didapatkan kecuali di kuliah, maka dia masuk kuliah, hanya untuk tujuan ini saja. Adapun tentang martabat, maka sama sekali tidak menariknya.

Yang ketiga : Jika seseorang, dengan ilmu yang dimilikinya, menginginkan dua kebaikan, yaitu kebaikan didunia dan kebaikan di akhirat, maka tidak mengapa baginya. Karena Allah ta’ala berfirmna dalam surat Ath Tholaq ayat 2 dan 3 ;(( Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan menjadikan pintu keluar baginya, dan Allah akan memberikan rizqi dari jalan yang tidak diduga-duga.)), Allah subhanahu wa ta’ala menjanjikan didalm ketaqwaan kepada Nya itu terdapat pintu keluar dari setiap kesempitan, dan rizqi yang tidak disangka-sangka.

Catatan :

Sebagian manusia ketika mereka berbicara tentang keuntungan/faidah dalam pelakasanaan ibadah, mereka memalingkannya kepada faidah/keuntungan keduniaan. Misalnya mereka mengatakan bahwa dalam sholat adalah olah raga, bermanfaat bagi urat syaraf. Puasa itu bermanfaat untuk menghilangkan lemak/kegemukan, membuat makan menjadi teratur dan lain sebaginya. Padahal semestinya kita tidak menjadikan keuntungan dunia tadi sebagai pokok dari tujuan, karena Alalh tidak menyebutkan hal itu tadi didalam kitab Nya, akan tetapi Allah menyebutkan bahwa sholat itu dapat menjauhkan dari perbuatan keji dan mungkar dan puasa itu adalah wasilah untuk taqwa.

Maka keuntungan diniyyah adalah pokoknya, adapun keuntungan dunia adalah yang berikutnya. Akan tetapi, ketika kita berbicara kepada masyarakat umum, maka kita hanya menyebutkan apa yang diwahyukan (ada dalilnya) saja, dan apabila kita berbicara kepada kelompok yang hanya melihat sesuatu secara materi, maka kita berbicara dengan apa yang diwahyukandan juga dengan menyebutkan faidah dunyawiya. Maka pada setiap tempat itu memilki pembicaraan tersendiri.

Selesai perkataan syaikh al Utsaimin.

Amal Shalih yang Tidak Berguna.

Berikut ini adalah gambaran beberapa amalan yang tidak memiliki manfaat sedikitpun bagi pelakunya diakhirat. ( Mutiara kitab tauhid)

1. Orang yang ikhlas beribadah karena Allah akan tetapi dia menghendaki untuk diberi balasan didunia, dan tidak menghendaki balasan di akhirat. Seperti orang yang sholat ikhlas karena Allah akan tetapi dia menginginkan agar rizqinya lancar, jabatannya langgeng dll.

2. Amalan yang digunakan sebagai perantara untuk mencari harta. Seperti yang menuntut ilmu agama dan digunakan untuk mencari pekerjaan. Dia tidak belajar ilmu agama untuk menghilangkan kebodohan dirinya dan mengenal syariat agamanya, jika demikian niatnya maka dia tidaklah beramal shalih. Secara lahiriyah dia memang beramal shalih, akan tetapi secara batin , tujuannya adalah sangat rendah.

3. Beramal shalih karena riya.

4. Amal shalih yang dilakukan dengan ikhlas akan tetapi dia masih dalam keadaan musrik atau kafir.

Inilah yang dapat saya kumpulkan, semoga dapat bermanfaat bagi diri saya pribadi dan bagi semuanya.

Abu Muawwidz

Sabtu, 14 Rabiul awwal 1431/ 27 februari 2010.


* “Berpuasalah, niscaya kalian akan sehat"

Hadits tersebut merupakan potongan dari hadits riwayat Ibnu Adi di dalam
Al-Kamil (7/2521) dari jalan Nahsyal bin Sa'id, dari Ad-Dhahhak dari Ibu
Abbas. Nashsyal (termasuk) yang ditinggal (karena) dia pendusta dan
Ad-Dhahhak tidak mendengar dari Ibnu Abbas.

Diriwayatkan oleh At-Thabrani di dalam Al-Ausath (1/q 69/Al-Majma'ul
Bahrain) dan Abu Nu'aim di dalam At-Thibun Nabawiy dari jalan Muhammad bin
Sulaiman bin Abi Dawud, dari Zuhair bin Muhammad, dari Suhail bin Abi Shalih
dari Abu Hurairah.

Dan sanad hadits ini lemah. Berkata Abu Bakar Al-Atsram, "Aku mendengar Imam
Ahmad -dan beliau menyebutkan riwayat orang-orang Syam dari Zuhair bin
Muhammad- berkata, "Mereka meriwayatkan darinya (Zuhair,-pent) beberapa
hadits mereka (orang-orang Syam, -pent) yang dhoif itu". Ibnu Abi Hatim
berkata, "Hafalannya jelek dan hadits dia dari Syam lebih mungkar daripada
haditsnya (yang berasal) dari Irak, karena jeleknya hafalan dia". Al-Ajalaiy
berkata. "Hadits ini tidak membuatku kagum", demikianlah yang terdapat pada
Tahdzibul Kamal (9/417).

Aku ( Syaikh Salim Bin Ied Al Hilali) katakan : Dan Muhammad bin Sulaiman Syaami, biografinya (disebutkan)
pada Tarikh Damasqus (15/q 386-tulisan tangan) maka riwayatnya dari Zuhair
sebagaimana di naskhkan oleh para Imam adalah mungkar, dan hadits ini
darinya.

(shifat shoum nabi)

taken from
ustadz MOH. RAFIQ

http://www.facebook.com/?ref=home#!/notes/muhammad-rofiq/mengharapkan-dunia-dengan-amalan-akhirat/332629361771

Monday, February 22, 2010

Saudariku, Kapan kembali ke Jalan Tuhanmu?

Waspadalah terhadap Serigala...

Aku mempunyai seorang teman yang kucintai karena keutamaan dan adabnya. Aku kagum melihatnya. Kehadirannya dapat menenteramkanku.

Aku sudah lama bershabat dengannya. Sedikit pun aku tidak memungkiri perihalnya, dan dia pun tidak mengingkari perihalku sedikit pun sampai aku pergi dan kami saling mengirim surat selama satu masa, hingga kemudian terputuslah hubungan antara kami.

Aku kembali, dan begitu besar keinginanku untuk dapat melihatnya lagi karena hubungan kami berdua sangatlah erat. Aku mencarinya di berbagai tempat yang pernah kami datangi dan ke tempat-tempat yang dapat aku ketahui jejaknya. Aku pergi ke rumahnya, kemudian tetangganya mengatakan kepadaku bahwa dia telah lama pindah.

Aku berdiri dalam keadaan antara putus asa dan harapan. Perasaan besarku mengatakan bahwa aku tidak akan dapat melihatnya lagi setelah hari itu, dan aku telah kehilangan laki-laki itu.

Saat aku kembali ke rumah pada suatu malam, di tengah-tengah gelapnya malam, tiba-tiba aku melewati sebuah jalan yang menyeramkan, dan sepi. Akan terbayang di benak orang-orang yang melihatnya bawa jalan itu adalah tempat jin, karena tidak ada seorang manusiapun di sana.

Aku merasa seakan-akan sedang menyelam di kedalaman lautan, dan seakan-akan ombaknya akan membuatku maju mundur. Dan tiba-tiba pula aku mendengar suara rintihan dari rumah di sepanjang jalan itu. Suara rintihan di tengah malam itu terdengar diucapkan berulang-ulang.

Hingga rintihan itu membekas dan mempengaruhi hatiku. Aku pun berkata di dalam hati, "Aduhai, betapa mengagumkan. Berapa banyak rahasia yang disimpan oleh malam ini?"

Aku telah berjanji kepada Allah bahwa aku akan membantu setiap orang susah yang aku lihat. Maka aku pun menempuh jalan menuju rumah itu. Aku mengetuk pintunya dengan lemah, lalu lebih kuat sedikit, dan akhirnya pintu itu dibuka oleh seorang bocah wanita yang masih kecil.

Aku mengamati dia, ternyata dia memegang sebuah lampu. Dia mengenakan pakaian yang compang-camping. Aku berkata kepadanya, "Apakah di tempat kalian ada orang yang sedang sakit?"

Lalu ia menghela nafas yang hampir memutuskan hatinya seraya berkata, "Ya. Tolonglah aku, sesungguhnya ayahku sedang berada dalam keadaan sakaratul maut."

Kemudian ia berjalan di depanku dan aku mengikutinya hingga berhenti di sebuah kamar dengan pintunya yang pendek. Aku masuk ke dalam, lalu terbayang olehku bahwa aku sedang masuk ke liang kuburan, bukan ke sebuah kamar, dan sedang menuju ke seorang mayit, bukan ke seorang yang sakit.

Aku mendekat kepadanya hingga aku berada di sampingnya. Tiba -tiba terlihat rangka dengan tulang belulang yang kembang kempis menarik nafas berulang-ulang. Aku meletakkan tanganku di atas keningnya, lalu ia pun membuka kedua matanya dan memandang wajahku dalam waktu yang lama. Barulah kemudian ia membuka kedua bibirnya dan berkata dengan suara yang lemah," Aku memanjatkan puji syukur kepada Allah, karena sesungguhnya aku telah mendapatkanmu, wahai sahabatku."

Lalu aku merasa seakan-akan hatiku terobek-robek. Aku mengetahui kalau aku ternyata secara kebetulan telah menemukan sahabatku yang hilang yang selama ini aku cari.

Ya, dia adalah sahabat yang bertahun-tahun kukenal, tetapi aku tidak mengenalnya lagi karena sakit dan sangat kurusnya dia.

Aku berkata kepadanya,"Ceritakan kisahmu kepadaku. Sampaikan kepadaku ceritamu!" Lalu ia berkata kepadaku, "Dengarkanlah aku!"

"Sejak bertahun-tahun aku dan ibuku tinggal di sebuah rumah, dan di samping kami terdapat seseorang yang kaya. Di dalam istananya itu terdapat seorang gadis yang sangat cantik, dan penyakit yang ada pada jiwaku yang ingin sekali mendapatkannya dan merindukannya tidak dapat aku tahan.

Aku terus mengawasi dan memperhatikannya. Aku menyelesaikan masalah-masalahnya, sehingga aku pun berhasil menjatuhkannya ke dalam perangkapku. Maka datanglah pada hatinya apa yang datang pada hatiku. Setelah aku berjanji kepadanya untuk menikahinya, aku melihatnya pada saat dia lengah dari berdzikir kepada Allah. Dia pun menyambutku dan aku berhasil mengendalikannya. Akhirnya, pada suatu hari aku merampas kehormatannya.

Beberapa hari kemudian aku mengetahui kalau di dalam perutnya terdapat sebuah janin yang bergerak-gerak. Aku sungguh menyesal dan bingung. Aku segera menjauhinya. Aku memutuskan tali cintanya. Aku meninggalkan rumahnya yang dulu sering kukunjungi, dan aku tidak lagi memikirkan tentangnya sedikit pun.

Kejadian itu telah berlalu beberapa tahun. Pada suatu hari datanglah tukang pos dengan membawa sebuah surat. Aku membukanya lalu membacanya. Ternyata perempuan itulah yang menulis surat kepadaku.

Surat itu berbunyi:

"Kalaulah aku menulis kepadamu untuk memperbaiki sebuah janji yang telah tenggelam atau cinta lama, maka demi Allah aku tidak akan menulis satu baris pun atau menggores satu huruf pun. Karena sesungguhnya aku yakin bahwa orang seperti kamu adalah seorang pengecut dan cintamu adalah cinta dusta yang berhak untuk tidak aku ingat. Aku akan sedih jika aku meminta semua itu untuk diperbaiki.

Sesungguhnya kamu mengetahui bagaimana kamu meninggalkanku, sedang di hadapanku terdapat api yang bergejolak dan sebuah janin yang bergerak-gerak.

Hatimu sedih, menyesali atas apa yang terjadi, dan takut terhadap masa depan, sehingga kamu tidak menghiraukanku. Kamu lari dariku supaya kamu tidak perlu membawa beban lantaran memandang dan merasakan kesengsaraan serta adzab, padahal kamulah penyebabnya, supaya tanganmu tidak terbebani untuk mengusap air mata yang telah kamu alirkan.

Maka, apakah setelah itu aku masih dapat membayangkan bahwa kamu adalah laki-laki yang mulia? Tidak, demi Allah, tidak! Bahkan aku tidak dapat menggambarkan bahwa kamu itu adalah seorang manusia.

Sesungguhnya kamu adalah seekor serigala yang berwujud manusia, karena kamu tidak meninggalkan satu celah dari celah-celah yang ada pada jiwa ternak betina yang sendirian lagi ketakutan kecuali kamu mengumpulkannya untuk kamu jadikan mangsa.


Kamu telah mengkhianatiku. Kamu telah berjanji untuk menikahiku, tapi ternyata kamu mengingkari janjimu itu.

Kamu melihat hatimu dan kamu mengatakan, 'Bagaimana kamu akan menikah dengan seorang wanita yang telah melakukan perbuatan zina? Padahal, tidaklah perbuatan dosa itu terjadi, kecuali telah dibuat oleh tanganmu dan kebejatan jiwamu. Kalaulah tidak karenamu, tentulah aku tidak melakukan perbuatan dosa dan tidak pula aku jatuh ke dalam perbuatan nista itu.

Sesungguhnya aku telah berusaha menolakmu, namun akhirnya aku tidak berdaya menghadapi perintahmu dan aku jatuh dihadapanmu sebagaimana jatuhnya seorang anak kecil.

Kamu telah mencuri kehormatanku, sehingga aku menjadi orang hina yang bersedih hati. Aku merasa berat untuk hidup, dan aku memohon untuk diperlambat datangnya ajal. Kenikmatan manakah yang masih ada bagi kehidupan seorang wanita yang masa depannya tidak dapat lagi menjadi seorang istri bagi seorang laki-laki, dan seorang ibu bagi anak-anak, bahkan tidak dapat lagi hidup di tengah-tengah masyarakat kecuali aku harus menundukkan kepala, menurunkan pelupuk mata, dan meletakkan pipi di atas telapak tangan?

Urat-uratku bergetar dan isi perutku mendidih karena takut dipermainkan oleh orang yang suka bermain-main dan ejekan orang-orang yang mengejek.

Kamu telah merampas kesenanganku dan menghancurkan hidupku. Kamu telah membunuhku dan membunuh kehormatan serta kesucianku. Bahkan kamu telah membunuh ibu dan bapakku, karena ibu-bapakku telah mati dan aku menduga sebab kematian mereka adalah karena mereka sangat bersedih hati atas hilangnya diriku.

Kamu telah membunuhku, karena kehidupan pahit yang aku minum dari gelasmu telah merasuk ke dalam tubuh dan jiwaku, dan menjadikan aku tergeletak di atas ranjang maut seperti lalat terbakar yang akan binasa secara perlahan-lahan.

Kamu telah lari dari rumah ayahku, karena kamu tidak mampu menghadap ke rumahku, ibuku, dan ayahku. Aku pergi ke sebuah rumah terpencil dan hidup dengan kehidupan yang hina. Aku telah bertaubat kepada Allah, dan sesungguhnya aku benar-benar berharap semoga Allah berkenan untuk menerima taubatku dan mengabulkan doaku, serta akan memindahkanku dari kampung kematian dan kesengsaraan menuju kampung kehidupan dan ketenangan.

Aku akan mati, sedangkan kamu adalah seorang pendusta, penipu, dan pencuri lagi pembunuh. Aku yakin bahwa Allah tidak akan membiarkanmu begitu saja tanpa mengambil hakku darimu.

Demi Allah, aku tidaklah menulis untuk memperbaiki ikatan janji denganmu atau melamar kasih sayangmu, karena kamu tidak layak bagiku untuk diperlakukan seperti itu.

Sesungguhnya aku telah berada di depan pintu kubur dan meninggalkan kehidupan bahagia dan sengsara di dunia. Aku tidak lagi mengharapkan cintanya, dan tidak ada keluasan bagiku menikmati dunia ini.

Sesungguhnya aku menulis surat ini kepadamu hanyalah karena aku mempunyai barang titipan untukmu, yaitu putrimu.

Meskipun rasa belas kasihan untukku telah hilang dari hatimu, namun sisakanlah sebuah kasih sayang untuknya sebagai seorang ayah. Terimalah ia, ambillah untukmu supaya ia tidak sengsara seperti yang telah diderita oleh ibunya sebelumnya."

Wanita itu pun mati dengan meninggalkan seorang putri di tempat yang terpencil ini. Ia mati dalam keadaan sendirian, tanpa sanak keluarga.

Aku belum selesai membaca surat itu tetapi aku melihat air mata sahabatku telah mengalir dari kedua pelupuk matanya, kemudian ia berkata, "Sesungguhnya aku, demi Allah, membaca surat itu dengan merasakan sebuah getaran berjalan di seluruh uratku dan terbayang olehku bahwa dadaku berusaha untuk lepas dari hatiku. Aku pun segera menuju ke rumahnya, yaitu rumah yang sekarang menjadi rumah tua ini.

Aku melihat wanita itu di dalam kamar ini. Dia tidur di atas ranjang ini pula dalam keadaan telah mati kaku, tidak bergerak lagi. Aku melihat anak perempuan kecil yang anda lihat tadi menangis atas kematian ibunya.

Aku membayangkan dosa-dosaku dalam keadaan pingsan, seakan-akan ia adalah binatang-binatang liar yang buas, yang menancapkan kukunya dan mempertajam taring-taringnya. Maka tidaklah aku sadar sampai aku berjanji kepada Allah untuk terus menetap (tinggal) di kamar yang aku namakan dengan kamar kesedihan ini, hingga aku dapat hidup sebagaimana hidupnya wanita itu dan aku mati sebagaimana ia telah mati.

Dan inilah aku, mati dalam keadaan ridha sekarang dan dalam keadaan gembira. Sesungguhnya aku telah bertaubat kepada Allah. Aku yakin dan percaya kepada Tuhanku bahwa Allah tidak akan menyelisihi apa yang telah dijanjikan kepadaku.

Barangkali adzab dan kelelahan yang aku derita serta rasa sakit dan kesengsaraan yang aku rasakan dapat menjadi penebus kesalahanku.

Wahai kaum pria yang berhati kuat, berlaku lemah lembutlah kalian kepada wanita-wanita yang berjiwa lemah. Sesungguhnya kalian tidak mengetahui ketika kalian membuat tipu daya di dalam kemuliaan mereka, hati manakah yang kamu sakiti, darah siapakah yang kamu tumpahkan, korban manakah yang kamu sergap? Dan kalian tidak mengetahui akibat pahit dari perbuatanmu yang tidak baik itu.

Wahai kaum wanita dan remaja putri, bangun dan sadarlah! Janganlah kalian terperdaya oleh janji-janji dusta dan ungkapan-ungkapan manis yang dilontarkan oleh serigala-serigala berwujud manusia yang siap memangsa.

Ingatlah selalu adzab Tuhanmu dan juga nilai kehormatanmu, kehormatan bapak-bapakmu, saudara-saudaramu, keluargamu dan kampung halamanmu. Ingatlah aib di dunia. Ingatlah pula cacat, kehancuran serta kehinaan di Akhirat.

Kisah ini dipetik dari kehidupan nyata. Wahai saudariku, anda dapat membayangkan akibat pahit yang dialami oleh putri kecil itu dan keluarga wanita itu, baik ibu atau ayahnya, ketika mereka kehilangan anak putrinya sedang mereka tidak mengetahui ke mana ia pergi.

Dan pemuda itu, tatkala ia kehilangan hidupnya. Padahal dia sangat mungkin dapat hidup bahagia seandainya ia mau berjalan di atas jalan yang benar sesuai dengan syariat. Jika ia mau melamar wanita ini dari orang tuanya dan menikah dengannya atau dengan yang lainnya, niscaya ia dapat hidup dengan rumah tangga yang sempurna, yang di dalamnya ia dapat beribadah kepada Tuhannya. Maka hatinya akan tenang dan tenteram. Dia pun dapat hidup berbahagia di dunia dan di Akhiratnya...............

Kisah ini dinukil dari Buku berjudul Saudariku......Kapan Kembali ke Jalan Tuhanmu?
Penulis Ummu Abdillah
Penerjemah Nur Qomari
Penerbit La Raiba Bima Amanta (elBA)

taken from

http://www.facebook.com/profile.php?id=633084064#!/photo.php?pid=121151&id=100000560817338&fbid=104591046236255

Kisah Batu Ajaib


Catatan Abu Mushlih Ari Wahyudi:

Kisah Batu Ajaib
Hari ini jam 1:30

Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Dahulu Bani Isra'il biasa mandi dalam keadaan telanjang sehingga mereka pun bisa melihat aurat temannya satu sama lain. Adapun Musa 'alaihis salam mandi dalam keadaan sendiri. Maka mereka pun berkomentar, 'Demi Allah, tidak ada yang mencegah Musa untuk mandi bersama-sama dengan kita melainkan pasti karena kemaluannya bengkak (mengidap kelainan).'.” Nabi menceritakan, “Maka suatu saat Musa berangkat untuk mandi, lalu dia letakkan pakaiannya di atas sebongkah batu. Tiba-tiba batu itu berlari membawa pergi bajunya.” Nabi berkata, “Maka Musa pun mengejar larinya batu itu seraya berteriak, 'Hai batu, kembalikan pakaianku! Hai batu, kembalikan pakaianku!'. Sampai akhirnya Bani Isra'il bisa melihat aurat Musa kemudian mereka berkomentar, 'Demi Allah, ternyata tidak ada -kelainan- apa-apa pada diri Musa'. Maka berhentilah batu itu sampai orang-orang memandanginya.” Nabi berkata, “Kemudian Musa pun mengambil pakaiannya dan mendaratkan pukulan -tongkat-nya kepada batu tersebut.” Abu Hurairah berkata, “Demi Allah, di atas batu itu terdapat enam atau tujuh bekas pukulan -tongkat- Musa.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim [3/146])

Hadits yang agung ini mengandung pelajaran, di antaranya:

1.Bolehnya mandi dalam keadaan telanjang bulat apabila sedang bersendirian (sepi) dan tidak terlihat orang lain, namun menutup diri itu lebih utama (lihat judul bab hadits ini dalam Syarh Muslim [3/146], lihat juga Shahih Bukhari, Kitab al-Ghusl, hal. 72)

2.Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan Nabi Musa 'alaihis salam yang memiliki sifat pemalu (lihat Shahih Bukhari, Kitab Ahadits al-Anbiya', hal. 715)

3.Hadits ini menunjukkan keutamaan sifat malu. Bahkan, rasa malu itu termasuk cabang keimanan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Iman itu terdiri dari tujuh puluh sekian cabang, sedangkan rasa malu adalah salah satu cabang penting keimanan.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, lihat Syarh Muslim [2/87])

4.Malu adalah akhlak para Nabi

5.Larangan menyakiti para Nabi (lihat Shahih Bukhari, Kitab Tafsir al-Qur'an, hal. 1012)

6.Wajibnya membenarkan berita yang disampaikan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam meskpun tampaknya tidak bisa diterima oleh akal manusia.

7.Hadits ini menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah ta'ala, sehingga Allah bisa membuat batu -benda mati- bisa berlari, meskipun ia tidak punya kaki.

8.Perintah menutup aurat dan larangan mempertontonkannya di hadapan khalayak

9.Tercelanya menyebarkan kabar burung yang tidak jelas kebenarannya (qila wa qola)

10.Wajibnya mengecek berita (tatsabbut) untuk membuktikan kebenarannya, terlebih lagi jika isinya mengandung kesan negatif (celaan) pada diri orang-orang yang terhormat semacam ulama ataupun umara'.

11.Islam merupakan agama yang sempurna dan menjunjung tinggi akhlak mulia, sehingga etika mandi pun diajarkan supaya kehormatan diri manusia terjaga

12.Islam mengajarkan kebersihan

13.Hadits ini menunjukkan disyari'atkannya untuk menyingkap kerancuan pemahaman yang ada di tengah-tengah masyarakat

14.Terkadang orang menyangka bahwa suatu musibah yang menimpanya merupakan keburukan baginya, namun sebenarnya ada hikmah yang agung di balik itu semua yang manfaatnya kembali kepada orang itu sendiri

15.Bersumpah dengan menyebut nama Allah, bukan dengan nama makhluk

16.Tawakal harus disertai dengan melakukan sebab, tidak cukup hanya bersandar kepada Allah

17.Boleh membalas kejahatan dengan kekerasan dengan melihat ukuran kejahatannya

taken from
http://www.facebook.com/profile.php?id=633084064#!/photo.php?pid=121080&id=100000560817338&fbid=104589699569723

sg.9.42 am
 
Powered by Blogger